Abu Hurairah
'Perpustakaan' Umat Islam
MasjidRaya - Ketajaman daya ingatnya dan kemampuannya menghafal hadist-hadist Rasulullah SAW, membuatnya menjadi salah seorang sahabat Rasul yang sangat penting dalam perkembangan Islam setelah Rasulullah SAW wafat.
Abu Hurairah, itulah sahabat Rasul yang terkenal sebagai perawi hadist Rasulullah. Sebagai perawi hadist, nama Abu Hurairah sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebagian hadist yang tercantum dalam kitab-kitab hadist, sirah, fiqih, serta buku-buku agama lainnya, merupakan hadist yang diingat dan dihafal Abu Hurairah semasa Rasul masih hidup.
Sebelum masuk Islam, Abu Hurairah bernama Abu Syamsi. Setelah masuk Islam, Rasul memberinya nama Abdurrahman. Mengenai nama Abu Hurairah, ini ada kaitannya dengan sifatnya yang sangat menyukai binatang. Pria yang berasal dari tanah Daus ini, mempunyai seekor kucing yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya, dan diberinya tempat tidur. Kucing tersebut selalu menyertainya seolah bayang bayangnya, sehingga julukan “Abu Hurairah” yang artinya “Bapak Kucing” diberikan kepadanya.
Abu Hurairah masuk Islam pada saat Rasul berada di Khaibar, tepatnya di tahun ketujuh Hijrah. Sejak memeluk agama Islam, Abu Hurairah hampir-hampir tidak pernah berpisah dengan Rasul. Sejak masuk Islam sampai meninggalnya Rasul, Abu Hurairah bersama-sama dengan Rasul selama empat tahun.
Meskipun hanya empat tahun, namun waktu yang singkat tersebut tak ubahnya bagai usia manusia yang panjang dan penuh dengan segala yang baik, mulai dari perkataan sampai kepada perbuatan dan pendengaran. Berkat ketajaman daya ingatnya dan kemampuannya menghafal, Abu Hurairah mampu membawa umat Islam ke hari-hari masa kehidupan Rasul beserta para sahabatnya.
Abu Hurairah memang telah menyiapkan dirinya dengan menggunakan bakat dan kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting, yaitu hadist Rasululllah SAW untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. Abu Hurairah menceritakan hadist yang disampaikan Rasul, bukan karena dirinya gemar bercerita, tetapi karena keyakinannya bahwa menyebarluaskan hadist-hadist Rasul merupakan tanggung jawabnya terhadap agama dan hidupnya.
Mengenai sosok Abu Hurairah ini, Imam Syafi’i mengatakan, “Ia seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi hadist semasanya”. Sedangkan Imam Bukhari mengatakan, “Ada kira-kira delapan ratus orang atau lebih dari sahabat tabi’in dan ahli ilmu yang meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah”. Memang Abu Hurairah tak ubahnya seperti perpustakaan besar yang telah ditakdirkan kelestarian dan keabadiannya.
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ketinggalan dalam perang dan tidak juga dalam ibadat. Di saat-sat terakhir hidupnya, dalam keadaan sakit Abu Hurairah menyatakan kerinduannya kepada Allah SWT. Saat orang-orang berdoa untuk kesembuhannya, Abu Hurairah justru memohon kepada Allah untuk segera bertemu.
“Ya Allah, sesungguhnya aku rindu hendak bertemu denganMu, semoga Engkau pun demikian,” begitu doanya sebelum kematian menjemputnya dalam usia 78 tahun.
Meski Abu Hurairah telah meninggal, namun hasil karyanya sampai sekarang masih hiup. Hadist-hadistnya menjadi sumber ilmu bagi umat Islam demi perkembangan agama Islam.* ainun/”Karakteristik Perihidup Sahabat Rasulullah - masjidraya.com