Renungan dari Menara Kembar
HIDUP MATI
Semua tahu hidup dan mati mutlak milik Allah SWT. Tapi Allah memberi dua pilihan buat hamba-Nya, mau hidup husnul atau suul khotimah. Allah tidak memaksanya. Terserah kita. Bukankah jodoh, mati, bahagia dan celaka ditetapkan Allah? Benar! Itupun Allah Yang Maha Tahu. Masuk surga bukan sebab amal kita, semata rahmat Allah, itu pun benar. Tapi jangan lupa Allah pun menyuruh kita ikhtiar:. “….Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Arra’du ayat 11). Seseorang masuk Masjid di Madinah, untanya di lepas, tidak diikat. Kata Nabi yang mulia “ikatlah untamu!” Saya tawakal kepada Allah ya Rasulallah, jawab orang itu. Nabi Saw bersabda: “ikatlah lalu tawakal!”
Tak seorangpun ingin suul khotimah. Sebaliknya ingin husnul khotimah dan tumaninah. Bukan mati sebab wabah. Banyak cara memperoleh husnul khotimah. Beramal soleh! Ibadah yang baik dan benar; jaga diri, keluarga dan selamatkan masyarakat agar tidak binasa, insya Allah itu amal saleh. Luar biasa, jika Bandung atau Jawa Barat selamat karena kita turut serta di dalamnya.
Seandainya ajal tiba, matilah dengan normal. Orang tidak menjauh karena takut jasad kita. Dimandikan, disalatkan, diantarkan ke kukuburan dengan iringan do’a, dan di tahlili, (tentu bagi yang biasa tahlil) ahli warits dan keluarga, karena bukan jenazah yang menakutkan apalagi menjijikan, melainkan mayat yang dicintai dan di sayangi keluarga dan saudara.
Tahukah bagaimana cara mengurus jenazah sebab mati covid-19? Protokolernya adalah: Anak istri/suami, karib kerabat atau sahabat tidak boleh memandikan, menyalatkan (di Saudi disalatkan di pekuburan), dilarang mengantar ke pemakaman. Semua harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Kalau boleh nawar kepada Allah ingin mati tidak seperti itu. Kita bukan orang hebat. Manusia biasa yang belum banyak amal makanya panjangkan umur kami ya Allah dengan sehat walafiat.
Banyak suport para kiayi, ulama dan senior, argumentasi bersumber Al-Qur'an hadits, kaidah ushul fiqh dan lain-lain, di tambah harapan ingin mati husnul khotimah menguatkan tekad: bertindak cepat sebelum terlambat. MAKLUMAT Masjid Raya Bandung (MRB) Jawa Barat, bertujuan mulia, agar masyarakat Bandung dan Jawa Barat khusunya, selamat! Walaupun sempat didemo oleh segelintir orang. Enggak apa apa karena mereka belum faham. Bukan hanya pendemo yang memperlihatkan ketidak sukaannya, kawan sendiri ada yang nyinyir. Ada yang komen di media massa: MAKLUMAT MRB tergesa-gesa, katanya. Enggak apa-apa, Maklum! Waja! Karena maklumat ini dipublikasikan 16 Maret 2020, di saat Masjid lain tetap selenggarakan sholat jumat dan sholat fardhu secara berjamaah.
Sedih, nelongso dan miris ketika pertanyaan muncul, takut kepada Allah atau corona? Sebisa bisa dijawab, "takut Allah dengan menjauhi corona.' Ada juga pernyataan, mati itu takdir. Sudah diatur Allah, enggak usah takut mati. Masuk Masjid, sholat dan doa di dalam Masjid!
Rasa sedih menyeruak sambil berkata dalam hati: “Saudaraku muslimin dan muslimat, kami pun sama takut kepada Allah, takut kepada-Nya dengan menjahui wabah ini.” Bukankah kalau sakit kitapun harus ikhtiar ke dokter?
Getaran hati mulai terasa, dalam kesendirian berdo’a: Ya Allah Ya Rohman Ya Rohim kami tidak menjauhi rumah-MU, melainkan mendekati-Mu dengan menjauhkan orang dari bahaya. Kami tidak menutup pintu rumah-Mu, tapi menutup celah-celah kebinasaan tidak masuk ke wilayah Kerajaan-Mu. Duh Gusti Allah Yang maha Kuasa atas langit, bumi dan segala isinya, selamatkan kami fiddunya wal akhirah.
Wallahu A'lam.
Wassalam
Muhtar Gandaatmaja
Ketua DKM Masjid Raya Bandung Jabar