
Alun-alun Bandung, Tempat Rendevouz Mojang dan Jajaka
![]() |
Istimewa |
DI masa tahun 50-an, banyak remaja yang sengaja datang ke kawasan Alun-alun untuk bertemu dengan pasangannya.* |
MasjidRaya.com - Masjid Agung Bandung (sekarang Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat) selalu punya cerita. Setiap masa selalu merekam kjadian-kejadian yang sampai sekarang diketahui secara turun temurun. Salah satu cerita yang menjadi bagian dari riwayat Masjid Raya Bandung adalah, suasana masjid dan lingkungan sekitarnya. Apa yang membedakan suasana Masjid Raya Bandung dengan kawasan Alun-alunnya di tahun 50-an dengan suasana sekarang ini?
Mungkin banyak yang akan menjawab fisik masjid dan tata ruang sekitarnya yang telah berubah hingga masjid "dikurung" oleh kegiatan bisnis dengan gedungnya yang angkuh. Jawaban itu benar, tetapi ada hal lain yang paling menentukan dalam mencuptakan perubahan di kawasan masjid dan sekitarnya, yaitu semakin rendahnya akhlak dan moral dari sejumlah individu.
Di masa tahun 50-an, banyak remaja yang sengaja datang ke kawasan Alun-alun untuk bertemu dengan pasangannya, sambil menikmati jajanan yang banyak dijajakan disekitar tempat tersebut, sama dengan perilaku remaja sekarang yang datang untuk berkencan di kawasan Alun-alun Bandung. Yang membedakannya, yaitu gaya berpakaian dan cara mereka bercengkrama dengan gaya berkencan yang berbeda.
Remaja tahun 50-an saat berkunjung ke Alun-alun menggunakan stelan pantalon dengan kemeja yang rapi, sedang wanitanya menggunakan kebaya dan kerudung yang selalu tersemat di kepalanya. Jangankan berpegangan tangan atau berpelukan, berpandangan mata saja mereka merasa jengah dan malu. Apabila waktu shalat tiba pasangan berlainan jenis ini akan segera mengambil air wudlu untuk kemudian shalat berjamaah.
Selesai shalat perbincangan para mojang dan jajaka yang berdatangan dari seluruh pelosok Kabupaten Bandung tersebut terus berlanjut. Tidak jarang bagio mereka yang mempunyai uang lebih, sang jajak akan mengajak pujaan hatinya menonton di bioskop yang terletak di sebelah Pendopo Kabupaten. Bagi yang tak mempunyai uang berlebih, cukup menikmati suasana Alun-alun ditemani kacang rebus. Perilaku mereka tetap ada batasnya.
Biasanya, sebelum senja turun, pasangan-pasangan tersebut akan kembali ke kediamannya masing-masing. Selain sarana transportasi yang saat itu masih jarang, saat itu juga remajanya tidak ada yang berani kelayapan hingga malam. Coba bandingkan dengan suasana sekarang.* abu ainun - masjidraya.com