
Bersyukur Sepanjang Hayat
![]() |
Rubrik Khusus setiap hari Sabtu |
Kerap kali kita membatasi syukur dengan karunia besar, yang dengan karunia itu dari mulut meluncur kalimat hamdalah, kemudian menggelar acara syukuran. Padahal ni’mat Allah tidak pernah terputus. Sesusah apapun hidup kita, pasti didalamnya masih memiliki keni’matan. Maka, karena ni’mat itu tidak pernah putus, bersyukur pun harus dilakukan sepanjang hayat tanpa terbatas waktu.
Coba kita perhatikan bunyi do’a bangun tidur, “alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menghidupkan kita setelah kematian...". Disini sangat jelas bahwa mengawali aktifitas hari itu harus diawali dengan syukur, sekaligus menemukan semangat juang untuk menjalani kehidupan dengan penuh apresiasi terhadap apapun yang kita terima. Orang yang bersyukur hidupnya tidak akan lelah. Termasuk lelah dalam beribadah. Bahkan, melaksanakan ibadah tidak lagi menjadi beban, tapi malah menjadi kesenangan. Seperti halnya Rasulullah SAW dalam sabdanya: "telah dijadikan kesenanganku dalam shalat". Demikian pula dalam hal muamalah, seseorang yang bersyukur tidak akan pernah merasa lelah melakukan pengabdian dalam bentuk ibadah sosial.
Orang yang senantiasa bersyukur, akan terpelihara keni’matannya. Karunia Allah akan tetap stabil berada pada pribadi-pribadi bersyukur. Maka seorang muslim mestinya berusaha semaksimal mungkin untuk memelihara dan menjaga dirinya dengan menjauhi hal-hal yang dapat membuat anugerah tersebut dihentikan, karena dipandang tidak dapat menggunakan anugerah-anugerah-Nya di jalan yang diridlai-Nya. Allah berfirman: “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Q.S. al-Anfal:53) Dosa, kemaksiatan dan kekufuran lainnya dapat merubah keni’matan menjadi kesengsaraan hidup.
Tidak hanya stabil, orang yang senantiasa bersyukur, ni’matnya akan senantiasa bertambah. Karunia Allah akan senantiasa tercurah mengalir kepadanya tanpa henti. Allah menegaskan: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".(Q.S. Ibrahim:7)
Lebih tinggi dari itu, orang-orang bersyukur hidupnya berada dalam ridla Allah. Al-Qur’an menerangkan: “… dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridlai bagimu;…”(Q.S. Az-Zumar:7) Mungkin saja orang yang kufur masih memiliki harta, jabatan dan segala sesuatu yang dipandang ni’mat baginya, tetapi semuanya belum tentu merupakan ridla Allah. Boleh jadi merupakan istidraj, yang tentu akan membawa kesengsaraan dunia akhirat. Sedangkan bagi orang yang bersyukur, sekecil apapun keni’matan yang diterima itu merupakan rahmat.
Oleh sebab itu, rasa syukur harus ditamankan dalam jiwa setiap pribadi muslim, sehingga kehidupannya senantiasa terus meningkat dan ada dalam ridla Allah SWT.[]
Penulis : Pengurus DKM Masjid Raya Bandung & Ketua Yayasan Baitul Ma’mur