
HAPPY ENDING
![]() |
Rubrik Khusus Ketua DKM MRB setiap hari Selasa |
Selain Nabi Muhammad SAW, diantara para Nabi, yang menerima ujian sulit adalah Nabi Ibrahim AS. Berhadapan dengan dua orang yang mestinya dihormati yaitu ayahnya, Azar dan rajanya, Namrud. Secara psikologis betapa berat beban mental Nabi Ibrahim sebagai Nabi dan Rasul, bertugas menjernihkan tauhid dari segala macam kemusyrikan, sementara ayahnya dikenal sebagai pembuat patung. Karena dianggap pelecehan, menghina Tuhan dengan menghancurkan berhala-berhala, Ibrahim dibakar Namrud. Walau akhirnya ia diselamatkan Allah SWT (Q.S. Al-Anbiya: 68-69)
Memenuhi perintah Allah, ia harus meninggalkan anaknya, Ismail yang masih bayi, dan Siti Hajar, Istrinya di padang gersang, panas, tiada air, makanan dan buah-buahan (QS. Ibrahim: 37). Ismail meronta kehausan air susu Hajar kering. Mendengar tangisan pilu bayinya Hajar panik. Ia bermunajat mohon pertolongan Allah. Do’anya diijabah. Ia melihat kilauan air di Bukit Shofa, Hajar lari memburu, ternyata tidak ada. Dilihatnya di Bukit Marwa nampak seperti air ternyata fatamorgana. Dari Sofa lari ke Marwa dari Marwa ke Shofa, hitungan ketujuh berhenti di Bukit Marwa Hajar melihat kearah Ka’bah ada air di bawah kaki Ismail. Air itu ia bendung dengan gundukan pasir supaya tidak meluap terbuang. Air itu air berkah yaitu zam-zam. Peristiwa lari ke bukit sofa marwa dan sebaliknya diabadikan dalam proses ibadah haji/umroh, yaitu sa’i.
Ujian terberat menimpa Ibrahim, ia harus melaksanakan perintah-Nya menyembelih Ismail as. Sungguh amat berat dia rasakan. Batinnya tergoncang. Lahirnya Isma’il ke dunia bukan diperoleh dengan gampang. Lahir dari ikhtiar panjang mencapai usianya 85 tahun. Buah do’a yang tiada henti siang malam. Berkah usaha tak mengenal lelah. Akhirnya Allah mengabulkan do’nya (QS. Ash-Shofat: 100-1001). Anak lucu, tampan, paras mempesona bagai kekasih belahan hati pengobat jiwa dan pelipur lara kala duka… dialah Ismail. Demi perintah Allah anak ini harus disembelih! (Ash-Shofat: 102)
Nabi Ibrahim bergelar “Kholilullah,” kekasih Allah, beliau sangat dermawan. Bila saatnya masa sembelihan, ribuan kambing, ratusan sapi dan unta disembelihnya diberikan kepada yang membutuhkan. Orang-orang kagum atas kedermawanan nya. Ketika ada yang bertanya (Malaikat Jibril menyerupai manusia) tentang itu Ibrahim berkata: “Semua ternak yang aku sembelih milik Allah. Jangankan kambing dan unta, seandainya aku punya anak, jika Allah meminta aku akan berikan, aku patuhi perintah-Nya.” Dengan enteng tanpa beban, kata-kata itu meluncur diucapkannya sebab ia belum punya anak.
Setelah punya anak, Ibrahim lupa apa yang pernah diucapkannya. Namun Allah tidak pernah lupa. Ucapan dan perbuatan harus dipertanggungjawabkan. Tiba pada masanya, Allah berfirman agar Ibrahim menyembelih putranya (QS. Ash-Shofat: 102). Paginya, tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah haji mengenalnya sebagai hari “Tarwiyah.” Yaitu: (1) Hari perenungan atau kebimbangan Ibrahim atas mimpi perintah Allah agar menyembelih Ismail. (2) Tarwiyah dalam prosesi ibadah haji berarti hari persiapan logistik, bekal wukuf di Arofah.
Tanggal 9 Dzuhlhijjah, di suatu tempat, Ibrahim menemukan jawaban kebenaran mimpinya. Ia mengetahui dengan pasti: ‘arofah, bahwa mimpinya benar. Tempat itu masyhur disebut “Arafah.” Tanggal 10 Dzulhijjah pagi waktu duha, dikenal hari Adha, di Jabal Qurban, Mina, Ismail anak yang lucu berparas tampan, yang sejak lama diidam-idam kehadirannya dibaringkan, segera akan disembelih.
Iblis la’natullah datang menggoda agar Ibrahim membatalkan rencananya. Ibrahim lebih taat kepada perintah Allah daripada mengikuti perasaan dirinya yang amat mencintai anaknya. Setan dilempar dengan kerikil : “Rojmal lisy syatin wa ridhon li rohman.” Terkutuklah syetan demi mengharapkan ridho yang maha Pengasih. Lembah tempat melontar itu disebut “Jumroh Aqobah.” Ibrahim lulus dari godaan setan. Lalu setan menggoda Hajar. Dengan jawaban yang sama setan dilempar jadilah “Jumroh Wustho” . Ismail tidak luput digoda setan. Hal serupa ia lakukan jadilah “Jumroh Sugro.” Semua Jamaah Haji tahu Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah. Ketika Ismail akan disembelih, golok tajam nyaris segera akan memutus urat nadi leher Isma’il, secepat kilat Allah menggantinya dengan gibas (domba) dari surga (QS. As-Shofat: 107)
Ayah, Ibu dan putra bermental hebat beriman kuat, ibarat fondasi beton bersegi tiga yang kokoh dalam membangun sistem ketahanan keluarga. Diamanahi Allah untuk membangun negeri dan menata masyarakat dunia. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah ayat 126)
Wallahu A’lam.
Penulis: Ketua DKM Masjid Raya Bandung Jabar/ Ketua Yayasan al-hijaz Aswaja Bandung