Kamis, 28 September 2023 | MasjidRaya.comTentang Kami | Kontak Kami
MasjidRaya.commedia silaturahmi umat
Dakwah
Tausyiyah

SOPAN SANTUN

Jumat, 28 Februari 2020
H. Muhammad Yahya Ajlani

Di era teknologi informasi ini, komunikasi antar sesama hampir tidak ada jarak. Pembicaraan bisa dilakukan kapan saja tanpa terbatas waktu dan tempat, karena orang yang berada di belahan benua  lain pun bisa bercakap-cakap  layaknya  berhadap-hadapan.  Kita pun bisa menjalin silaturahim dengan banyak orang dari seluruh penjuru negeri melalui media sosial.

Dalam menjalin komunikasi, ada satu hal yang harus menjadi perhatian setiap muslim, yaitu etika sopan santun.   Dalam ajaran agama Islam, semua ungkapan hati baik berupa lisan, tulisan atau tindakan harus betul-betul terpuji. Kata-katanya sopan dan isinya bermakna. Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu...” (Q.S. al-Ahzab:70-71)  Perkataan yang benar (qaulan sadidan) menurut para mufassir adalah ucapan yang beretika, sesuai kenyataan, lurus, tidak dusta dan jauh dari kebatilan.   Kalau kesantunan  itu telah diterapkan,  maka Allah akan memberikan kebaikan dan kesuksesan dalam segala amal dan rencana serta mendapat ampunan-Nya. Itulah etika komunikasi antar sesama.

Lebih tegas lagi alqur’an berbicara tentang etika komunikasi dengan orang tua. Allah berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(Q.S. al-Isra:23) Dengan perkataan “ah” saja, seorang anak sudah dikategorikan  tidak sopan terhadap orang tuanya, apalagi kata-kata kasar yang sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.  Padahal berkomunikasi dengan orang tua selain harus santun, juga harus dibarengi rasa hormat yang sangat tinggi.

Ajaran Islam benar-benar menekankan kesantunan. Sampai-sampai terhadap orang yang kurang kita sukai,  musuh, bahkan kafir  sekalipun, Islam mengajarkan agar tetap santun.  Kita pasti mengenal sosok Fir’aun yang sangat bengis dan takabbur.   Kekuasaannya sangat kuat. Siapa saja yang berurusan dengannya, berarti nyawa taruhannya.  Tetapi Allah menyuruh nabi Musa a.s agar tetap santun kepadanya. Firman Allah: “Pergilah kamu berdua  (Musa dan Harun) kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Q.S. Thaha:43-44)  Kalau dengan musuh besar ummat Islam saja harus santun, apalagi terhadap sesama muslim.

Sekarang ini kita menyaksikan sepertinya tengah terjadi krisis kesantunan. Berbicara di lingkungan keluarga, teman pergaulan, sampai tingkat Negara, tidak sedikit orang yang senang melontarkan cacian, makian, cercaan, pemaksaan kehendak, dan lain-lain.  Kesantunan hampir-hampir hilang dan hanya ditemukan dalam konsep semata yang jauh dari pengamalan.

Lebih kentara lagi kalau kita baca dalam media sosial,  sepertinya lebih parah lagi. Kata-kata kotor, kasar dan sebutan binatang sepertinya tidak asing lagi. Setiap kali ada pendapat yang tidak sepaham dengan pendapatnya, maka kalimat-kalimat cacian dan makian bertubi-tubi muncul di layar.  Selanjutnya, cacian dan makian itu ditanggapi oleh banyak orang dengan cacian dan makian pula. Akhirnya, ketidak santunan itu menyebar dan melembaga menjadi kebiasaan yang kurang baik di masyarakat. 

Ketidak santunan merupakan karakter orang-orang  munafik.  Rasulullah bersabda: “Ada lima perkara yang tidak terdapat pada orang-orang nifaq: pemahaman dan pendalaman agama yang benar, menjaga lisan, cahaya dalam hati, senyuman di wajah, dan kasih sayang sesama muslim”. (Tanbih al-Ghafiliin: 102)

Oleh sebab itu, untuk mendapat keberkahan dan kebahagian dalam hidup, kita berupaya untuk bersopan santun, sehingga Allah mencurahkan rahmat karunia-Nya kepada kita. []


KATA KUNCI:

BAGIKAN
BERI KOMENTAR