Masjid Al Baiat Al Aqabah
Tempat Baiat Kaum Yatsrib kepada Rasulullah
MasjidRaya - Masjid Baiat mungkin kurang dikenal oleh jemaah haji maupun jemaah umrah asal Indonesia. Dibandingkan dengan Masjid Qibltain, Masjid Quba, maupun Masjid Terapung, nama Masjid Baiah memang kurang popular.
Masjid Baiat atau Masjid Al Baiat Al Aqabah merupakan masjid kuno yang berada di lingkungan jamarat. Masjid ini terpendam cukup lama sebelum akhirnya ditemukan ketika dilakukan pembangunan besar-besaran kawasan jamarat. Masjid ini ditemukan ketika dilakukan penghancuran dan pengerukan di kawasan tersebut.
Dikutip dari kabarmakkah.com, tahun 2006 ketika buldozer yang melakukan pengerukan tanah menyentuh batu yang sangat keras. Anehnya, batu itu tidak bisa dihancurkan, bahkan sampai memakan waktu seminggu untuk menghancurkan batu berwarna krem tersebut.
Penasaran, batu tersebut diteliti dan ternyata merupakan batu dari bangunan masjid. Entah mengapa, tidak ada satupun alat berat yang mampu menghancurkannya. Akhirnya masjid itu dibiarkan seperti apa adanya, namun hanya difungsikan sebagai tempat ziarah.
Menurut pakar arkeologi dan ahli sejarah, masjid kuno berukuran 400 meter persegi atau 17 x 29 meter dan tingginya sekitar 7 meter, dinding bagian belakang 2 meter ini ditemukan sekitar tahun 2005. Sebelumnya, masjid yang terpendam ini hanya diketahui kalangan terbatas karena letaknya terpencil.
Saat ini, Masjid Baiat dikelilingi pagar besi berwarna hitam dan dikunci gembok. Para peziarah atau jemaah haji tidak bisa melakukan shalat di situ. Namun pengunjung masih bisa melihat kondisi dari luar atau melongok sebagian ruangan dari jendelanya yang memang dibiarkan terbuka. Terlihat bahwa Masjid Baiat ini dipelihara. Di beberapa sudut terdapat tempat Alquran.
Karena masjid terbuka tanpa atap, maka dalamnya masjid tidak ubahnya pelataran. Tidak ada ubin yang bagus apalagi marmer sebagaimana Masjidil Haram. Tapi inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah Arab Saudi. Padahal, kerajaan ini biasanya membangun sesuatu secara fungsional, meskipun harus mengabaikan nilai sejarah yang sangat besar.
Menurut sejarah, Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah) melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan syirik. Ketika itu, Rasulullah SAW ditemani pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat memperhatikan kepada keponakannya dan sangat menjaga keselamatannya.
Baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah SAW dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apa pun; mereka akan melaksanakan apa yang Allah SWT perintahkan; dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah SWT.
Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah binti Ka'ab dan Asma' binti 'Amr bin 'Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Musha'ab bin Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.
Masjid Baiat merupakan tempat dan peristiwa bersejarah dan merupakan titik balik kemenangan Islam dan kaum Muslim, yang banyak dilupakan. Bagaimana tidak, tanggal 10 Dzulhijjah, saat mereka di Mina hanya melempar Jumrah ‘Aqabah, seolah tempat dan peristiwa bersejerah itu pun tidak ada dalam ingatan mereka. Padahal, seharusnya dengan dikhususkannya Jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhjjah itu bisa menggugah pertanyaan dalam benak mereka, ada apa dengan 'Aqabah?* Ati – masjidraya.com