Telaah
Apakah “Rajab” Isim Ghoir Munshorif??
MRB-Bulan rajab merupakan bulan agung karena didalamnya terdapat dua peristiwa agung dan terjadi pada Makhluk Allah yang paling agung yaitu Rasullullah Muhammad SAW. Pertama, peristiwa Isra-Mi’raj yang terjadi pada 27 Rajab dan sudah lazim diketahui oleh kebanyakan orang bahkan peristiwa tersebut selalu diperingati dibulan ini.Yang kedua adalah peristiwa pindahnya “Nur” Nabi Muhammad SAW dari punggung sayyid Abdullah bin Abdul Muthollib ke rahim sayyidah Aminah binti Wahab atau disebut wiladah pertama yang terjadi pada 10 Rajab. Banyak orang tahu peristiwa Isra-Mi’raj tetapi hanya sedikit orang yang tahu peristiwa kedua.
Keagungan bulan rajab juga bisa kita lihat dari asal kata “rajab” itu sendiri, misal dalam I’anatuholibin Juz 2 hal 272 kita bisa menemukan ungkapan berikut:
هو مشتق من الترجيب وهو التعظيم لأن العرب كانت تعظيمه زيادة على غيره
“Kata “Rajab” dimusytaq dari dari lafazh “tarjiib” yang artinya mengagungkan, hal ini karena orang Arab mengagungkan bulan Rajab melebihi bulan-bulan lainnya.”
Keagungan bulan Rajab ini diperkuat juga oleh do’a yang diucapkan baginda Rasullullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani:
اللهم بارك لنا ÙÙŠ رجب Ùˆ شعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah, berilah kami keberkahan dibulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan”.
Hal menarik yang saya temukan adalah adanya perbedaan cara membaca lafazh ROJAB yang terdapat dalam do’a tersebut. Sebagian orang membaca ROJABIN (munshorif) dan sebagian lagi membaca ROJABA (ghair munshorif). Hal ini memang tidak terlalu penting untuk kita bahas karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menghadirkan hati ketika bermunajat dengan do’a tersebut. Namun bagi kalangan santri yang kesehariannya belajar Ilmu Nahwu hal tersebut tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam.
OK! kita akan coba mengeceknya, apakah kata “rajab” tersebut munshorif atau ghair munshorif??. Kebanyakan orang yang berpendapat bahwa rajab adalah isim ghair munshorif (membaca ROJABA) adalah karena ada hal yang mencegah kemunshorifan lafazh tersebut yaitu ‘Alamiah dan Wazan Fi’il. ‘Alamiah karena memang lafazh tersebut dijadikan sebuah nama untuk salah satu bulan Hijriah, sedangkan wazan fi’il yang dimaksud adalah karena kata tersebut mengikuti wazan Ùعل (fa’ala) sebagaimana wazan fi’il tsulasi semisal lafazh DHOROBA. Ini jelas pendapat yang keliru. Karena yang dimaksud dengan “wazan fi’il bisa menjadi mani’ isim ghair munshorif” adalah wazan-wazan yang hanya bisa ditemukan dalam kalimah fi’il dan tidak kita temukan dalam kalimah isim seperti wazan Ùعل (FU’ILA), atau wazan yang keghalibannya dipakai dalam fi’il dan jarang dipakai dalam isim seperti wazan Ø£Ùعل (AF’ALA) sebagaimana yang dikatakan Ibnu Malik:
كذاك ذو وزن يخص الÙعل* أو غالب كأØمد ويعلى
Sementara untuk wazan FA’AL yang merupakan wazan lafaz ROJAB tidak hanya digunakan dalam fi’il. Isim juga banyak yang menggunakan wazan tersebut seperti kata FAROS dan lain sebagainya. Dengan demikian tidak tepat jika kita mengatakan bahwa kata ROJAB adalah isim ghoir munshorif yang salah satu mani’shorfi nya adalah wazan fi’il.
Lalu, apakah ini berarti lafazh ROJAB bukan isim ghair munshorif??
Kalau kita membuka Hasyiyah Al-Khudhori dengan cermat kita akan menemukan penjelasan yang utuh mengenai status lafazh RAJAB dan bulan-bulan lainnya menurut pandangan ulama Nahhwu:
قال العلامة الخضري : Ùما نقل عن السعد وغيره من أن رجب وصÙر من الشهور إذا أريد بهما معين يمنع صرÙهما للعلمية، والعدل عن الرجب والصÙر بأل ينبغى Øمله على العلمية الØكمية وهي المعبر عنها هنا بشبه العلمية لما سمعت، ولأن العلم الØقيقي لا ÙŠØتاج لاشتراط التعيين، والملجىء لاشتراطه سماعهما بالصر٠وعدمه هذا. ويØتمل أن منعهما للعلمية الجنسية على الأيام المخصوصة والتأنيث المعنوي باعتبار تأويلهما بالمدة، وصرÙهما على اعتبار الوقت سواء أريد بهما معين أم لا Ùتأمل. ÙˆÙÙŠ Ø§Ù„Ù…ØµØ¨Ø§Ø Ø£Ù† رجب الشهر مصرو٠وإن أريد به معين. اهـ
Berdasarkan teks tersebut Imam As-Sa’di berpendapat bahwa bulan Rajab termasuk isim ghair munshorif jika yang dimaksud adalah bulan rajab tertentu. Adapun yang menjadi mani’shorfi nya adalah ‘Alamiah dan ‘Adal, karena lafazh ROJAB (رجب) adalah hasil memindahkan dari lafaz Al-RAJAB (الرجب) yang dimasuki Alif Lam. Dalam keadaan ini lafazh الرجب termasuk ‘Alamiah hukmiyyah (bukan ‘alamiah haqiqiyah) maka disyaratkan adanya Ta’yin. Jadi Menurut Imam As-Sa’di kita bisa membaca FII ROJABA (ghair munshorif) jika yang dimaksud adalah bulan Rajab yang sudah ditentukan, misalkan bulan Rojab tahun ini. Yang kedua kita juga bisa membaca FII ROJABIN (munshorif) jika yang dimaksud adalah bulan rojab yang tidak ditentukan. Sedangkan menurut pengarang kitab Al-Mishbah, lafazh Rojab termasuk isim Munshorif, jadi kita hanya bisa membaca FII ROJABIN baik yang dimaksud bulan rajab tertentu atau bulan rajab yang tidak ditentukan.
Kesimpulan:
- Tidak benar jika mengatakan bahwa lafazh ROJAB adalah isim ghair munshorif dengan mani’ shorfinya adalah ‘Alamiah dan Wazan Fi’il
- Menurut pendapat Imam As-Sa’di lafaz ROJAB adalah isim ghair munshorif jika yang dimaksud adalah bulan rajab tertentu, dan isim munshorif jika yang dimaksud adalah bulan rajab yang tidak ditentukan. Dalam keadaan ghair munshorif maka yang menjadi mani’shorfinya adalah ‘Alamiah dan ‘Adal
- Menurut kitab Al-Mishbah lafazh Rojab adalah isim munshorif baik yang dimaksud adalah bulan rajab tertentu atau tidak ditentukan
- Berdasarkan No. 2 dan 3, lafazh ROJAB boleh dibaca munshorif dan boleh dibaca ghair munshorif.
Wallahu a’lam bishshowab